Jumat, 27 Februari 2009

Mengapa orang baik bisa melakukan perbuatan yang merendahkan kualitas dirinya?


Masih segar dalam ingatan kita bagaimana televisi dan media massa kita mengekspos beberapa public figure terbukti melakukan tindakan korupsi dan tindakan tidak terpuji lainnya. Padahal kita tahu bahwa mereka adalah orang-orang besar yang memiliki kapasitas dan kualitas diri yang baik. Mereka orang yang teruji mampu membangun kulitas hidup, karir dan pekerjaan dengan cara-cara yang baik dan berkualitas. Akan tetapi mengapa mereka bias tergelincir oleh hal-hal yang sifatnya sederhana seperti ketidak jujuran, pembohongan public dan tindakan-tindakan lain yang mengesampingkan nilai etika, norma dan agama. Di dalam konteks yang lebih luas, kita masih ingat dengan kasus ENRON, dan banyak skandal yang dilakukan oleh CEO (leader) perusahaan ternama dunia. Banyak yang memberikan argument bahwa mereka tidak memiliki integritas yang teriji sehingga pada waktu mereka mengambil keputusan mereka memilih untuk mengesampingkan PRINSIP dan Integritas mereka sebagai professional dan lebi memilih kepentingan jangka pendek yang akan merugikan mereka.
Salah satu alasan yang kita coba pahami, mengapa orang-orang berkualitas ini bisa melakukan sesuatu yang merendahkan martabat mereka sebagai seorang manusia adalah mereka takut (akan masa sekarang) dan khawatir (tentang masa depan) bahwa jika mereka melakukan atau menempuh jalan yang baik dan benar, tidak akan bisa mengantarkan mereka pada tujuan yang mereka cita-citakan.
Ketakutan akan masa kini dan keraguan mengenai masa depan tidak boleh digunakan sebagai penghalang upaya terbaik Anda untuk mencapai kualitas pribadi yang memantaskan Anda bagi pencapaian tingkat-tingkat karir profesional dan kehidupan yang baik. Banyak pribadi-pribadi dari kita yang sekarang ini sedang diuji oleh-Nya tentang semua integritas yang kita lakukan. Terkadang perjalanan in terasa begitu sulit dan menguras semua keyakinan kita bahwa semuanya in akan mengantarkan kita kepada yang kita harapkan. Butuh persistensi dan perjuangan yang tidak mudahl untuk itu. Maka benarlah budaya jawa yang luhur mengenalkan kita kata “Prawiro” atau Perwira yang memiliki arti orang yang berani hidup di jalan yang benar, dengan semua konsekuensi dan pemenuhannya.
Butuh keberanian yang penuh dan keyakinan yang teguh untuk menjalani hidup seperti ini. Karena yang disebut BERANI bukanlah berani untuk melakukan hal- hal yang berbahaya bahkan berani mati. Akan tetapi hakikat BERANI adalah orang yang berani HIDUP secara BAIK. Merencanakan dengan baik, dan berjalan dengan cara-cara yang baik dalam menjalani hidup ini. Terkadang ini bukan permasalahan yang mudah untuk semua orang. Tak terbatasnya keinginan kita, kesadaran yang rendah akan proses, serta budaya instant yang kita pahami sebagai sebuah kebenaran umum untuk kita,sering menjadikan kita mengambil langkah praktis dan menghalalkan semua cara dalam menggapai tujuan kita.
Maka sudah sepatutnya kita memiliki kesadaran akan dimensi keterbatasan kita pada hal-hal yang sifatnya menyangkut masa depan kita. Ketidak tahuan dan keterbatasan kita melihat masa depan harus disertai keberserahan yang tulus kepada Beliau sebagai yang maha Merencanakan & Maha Menentukan. Konsep percaya diri dan optimism merupakan hal yang penting dalam hal ini. Ada kesamaan kata dalam definisi Percaya Diri dan Optimisme, yaitu Keyakinan pada Diri (Percaya Diri) dan Keyakinan pada Masa Depan. Kata ‘Yakin’ adalah kuncinya, dan dalam bahasa agama kata yakin ini disebut IMAN. Ketiadaan kepercayaan diri dan optimis merupakan tanda dari berkurangnya kualitas iman kita.
Oleh karenanya dalam menjalani hidup ada yang disebut konsep Berserah Diri yaitu membagi porsi yang seimbang antara usaha kita dan usaha Beliau yang maha Menentukan dalam setiap rencana dan tindakan kita mencapai tujuan hidup. Sebenarnya tidak ada ketakutan dan kekhawatiran jika kita berserah diri Kepada-Nya.

KONSEP REZEKI (Maka Nikmat Allah Manakah yang engkau Dustakan…)


Konsep Rezeki adalah bahan yang menarik untuk kita diskusikan. Kita sering mencermati orang lain dan lingkungan kita bahwa ada orang-orang yang sedemikian mudahnya mendapatkan kelimpahan rezeki akan tetapi di sisi lain kita sering melihat saudara-saudara kita yang hari ini disempitkan rezekinya. Pengertian yang baik akan konsep rezeki akan menjadikan kita memiliki pemahaman yang baik akan maksud dan tujuan Tuhan dengan semua rezeki yang diberikan kepada kita.
REZEKI YANG DIDAPATKAN. Sebagai mahluk yang diberikan keberkahan hidup maka manusia dan mahluk lainnya memiliki limpahan rahman dan rahim Tuhan untuk memiliki bekal dasar dalam hidupnya yaitu rezeki yang cukup untuk menjalani hidupnya. Seperti yang telah Tuhan janjikan bahwa setiap yang melata di bumi ini tidak lain telah dijaminkan rezekinya untuk hidupnya
REZEKI YANG DIUSAHAKAN (IKHTIAR). Sebagai mahluk istimewa yang diberikan kelimpahan rahmat dan keberkahan pengetahuan yang istimewa serta ruh yang mulia sebagai seorang khalifah-NYA. Maka hendaklah kita mengoptimalkan segala kemampuan kita untuk mencapai cara-cara yang baik dan usaha yang baik dalam menggapai rezeki kita. Maka dimensi bekerja keras dan bekerja cerdas adalah implementasinya. Semakin bias mengoptimalkan seluruh potensi yang sudah dilimpahkan Beliau kepada kita semakin pantas kita menerima kelimpahan rezeki baik Beliau
REZEKI YANG DIPERTANYAKAN (REZEKI ORANG BERTAQWA). Manusia memiliki keterbatasan dimensi fisik dan ruang, sedingkan tujuan hidup, keinginan dan harapan hidup manusia tidak terbatas. Jika kita berharap untuk bisa mendapatkan kelebihan rezeki yang besar sehingga kita bisa melakukan kebaikan dan kedermawanan sesama, maka kita sebenarnya terbatasi oleh dimensi fisik dan waktu kita. Bekerja keras dan cerdas tidaklah cukup, karena yang kita lakukan sekarang ini terkadang tidak dapat (belum cukup) untuk membiayai impian kita di masa depan. Oleh karenanya kita akan masuk ke dimensi konsep bekerja yang lain yaitu bekerja ikhlas, bagaimana kualitas pekerjaan kita semakin meningkat karena kita melakukan dengan kesungguhan dan dedikasi yang tinggi serta kecintaan untuk memberikan yang terbaik. Bekerja dengan ikhlas merupakan kombinasi dari kerja keras dan kerja cerdas dengan dilandasi rasa syukur dan keyakinan bahwa dengan kecintaan pada yang dilakukan merupakan cara untuk mendapat keberkahan dari Tuhan yang maha Kuasa. Sesuai dengan yang dijanjikan Beliau yaitu ‘Bekerja dan berusahalah dengan baik, maka Allah akan memberikan rezeki dari tempat yang tidak terduga’. Jadi jika kita sudah mengupayakan semuanya dengan usaha dan cara-cara yang baik dan sesuai dengan jalanNya, maka tidak ada keraguan akan pertolongan Beliau untuk kita. Ada factor keberserahan diri yang tulus setelah kita mengupayakan semuanya, maka Allah akan membantu dari tempat yang tidak kita duga. Factor keberserahan ini yang menjadikan kualitas taqwa kita menjadi semakin tinggi sehingga Tuhan akan memberikan kecukupan dan kelimpahannya kepada orang yang dekat denganNya
REZEKI YANG GHAIB ( REZEKI ORANG TAWAKAL). Jika kita sudah melakukan hal-hal yang baik, dan terus mendekatkan hati kita, mempersembahkan yang terbaik untuk Beliau dengan cara melayani sesama, maka sebenarnya tidak ada Keraguan dan Kekhawatiran kita tentang rencana Beliau untuk kita dan hidup kita. Maka dalam kondisi ini seperti yang diungkapkan para sufi yaitu I AM + GOD = ENOUGH , cukuplah kehendakNya menjadikan REZEKI dan BERKAH yang terbaik untuk Kita.
JIka semuanya adalah rejeki yang terbaik untuk kita dalam menjalani hidup ini dan menjadikan kita menjadi pribadi yang berkualitas (bertaqwa). ‘Maka Nikmat Tuhan Manakah yang Engkau Dustakan’